BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Porifera berrasal dari bahasa Latin,
yaitu Phorus = pori-pori, ferre = pembaw adalah hewan invertebrata yang mempunyai tubuh berpori-pori.
Bentuk tubuh hewan ini tidak hanya kotak, tapi bermacam macam. Ada yang seperti
piala, terompet, dan ada yang bercabang menyerupai tumbuhan. Struktur tubuhnya
radial simetris. Porifera hidup di air laut dan air tawar.
Salah
satu filum yang termasuk dalam avertebrata air adalah Filum Porifera. Pori
artinya lubang-lubang kecil. Porifera artinya hewan yang berlubang-lubang kecil
atau hewan berpori. Hewan berpori juga disebut hewan spons (sponge). Lubang-lubang
tersebut sebenarnya digunakan untuk jalan masuknya air ke dalam tubuh. Air
tersebut mengandung plankton sebagai bahan makanan. Ada 3 tipe saluran air pada
porifera dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu askonoid, sikonoid, dan
leukonoid.
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering
juga disebut hewan berongga karena seluruhn tubuhnya dipenuhi oleh
lubang-lubang kecil yang disebut pori. Hewan ini sederhana karna selama
hidupnya menetap pada karang atau permukaan benda keras lainnya di dasar
laut. Phylum porifera yaitu spons hidup di air dan sebagian besar hidup
di air laut yang hangat dan dekat dengan pantai yang dangkal walaupun ada
pula yang hidup pada kedalaman 8500 meter bahkan lebih. Spons sering
ditemukan hidup melekat pada substrat yang keras dan hidupnya berkoloni yang
statif atau tidak bergerak . Spons belum memiliki alat-alat ekskresi
khusus dan sisa metabolismenya dikeluarkan melalui proses difusi yaitu dari sel
tubuh ke epidermis kemudian lingkungan hidup yang berair (Kimball. 2000)
Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang
mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut ini
mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar dibandingkan
dengan senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat. Jumlah struktur senyawa
yang telah didapatkan dari spons adalah 3500 jenis senyawa, yang diambil dari
475 jenis dari dua kelas, yaitu Calcarea dan Demospongiae. Senyawa tersebut
kebanyakan diambil dari Kelas Demospongiae terutama dari ordo Dictyoceratida
dan Dendroceratida (1250 senyawa dari 145 jenis), Haplosclerida (665 senyawa
dari 85 jenis), Halichondrida (650 senyawa dari 100 jenis), sedangkan ordo
Astroporida, Lithistida, Hadromerida dan Poecilosclerida, senyawa yang
didapatkan adalah sedang dan kelas Calcarea ditemukan sangat sedikit.
Spons adalah hewan primitif, fungsi jaringan dan organnya masih sangat sederhana, sebagian besar hidup di laut dan hanya beberapa jenis di air tawar. Hewan ini mempunyai banyak pori-pori dan saluran-saluran. Untuk mencari makan, hewan ini aktif mengisap dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan tubuhnya. Hewan ini termasuk metazoa multiseluler yang tergolong ke dalam filum Porifera, dan terdiri dari 850 jenis, yang dapat dibagi menjadi tiga kelas besar, yaitu Calcarea, Demospongiae dan Hexactinellida. Demospongiae adalah yang paling banyak ditemukan, tersebar luas dan merupakan spons yang terdiri dari jenis-jenis yang paling beragam dan telah mendapat perhatian relatif banyak dari ahli kimia dan biokimia. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga dilakukanya praktikum ini. Hal inilah yang melatar belakangi sehingga dilakukanya praktikum ini.
Spons adalah hewan primitif, fungsi jaringan dan organnya masih sangat sederhana, sebagian besar hidup di laut dan hanya beberapa jenis di air tawar. Hewan ini mempunyai banyak pori-pori dan saluran-saluran. Untuk mencari makan, hewan ini aktif mengisap dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan tubuhnya. Hewan ini termasuk metazoa multiseluler yang tergolong ke dalam filum Porifera, dan terdiri dari 850 jenis, yang dapat dibagi menjadi tiga kelas besar, yaitu Calcarea, Demospongiae dan Hexactinellida. Demospongiae adalah yang paling banyak ditemukan, tersebar luas dan merupakan spons yang terdiri dari jenis-jenis yang paling beragam dan telah mendapat perhatian relatif banyak dari ahli kimia dan biokimia. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga dilakukanya praktikum ini. Hal inilah yang melatar belakangi sehingga dilakukanya praktikum ini.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
-
Untuk mengetahui habitat filum porifera
-
Untuk mengamati ciri – ciri dan jenis
filum porifera
-
Untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasi filum porifera.
1.3
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang kami dapatkan pada
praktikum ini adalah sebagai berikut :
-
Bagimana cara mengetahui habitat filum
porifera ?
-
Bagaimana cara mengetahui ciri – ciri
dan jenis filum porifera?
-
Bagaiman cara mengidentifikasi dan
mengklasifikasi filum porifera?
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada awalnya Porifera dianggap sebagai tumbuhan.
Baru pada tahun 1765 dinyatakan sebagai hewan setelah ditemukan adanya aliran
air yang terjadi di dalam tubuh porifera. Dari 10.000 spesies Porifera
yang sudah teridentifikasi, sebagian besar hidup di laut dan hanya 159 spesies
hidup di air tawar, semuanya termasuk famili spongilidae. Umunya terdapat di
perairan jernih, dangkal, menempel di substrat. Beberapa menetap di dasar
perairan atau Lumpur.
(Aslan.
2010).
Pada permukaan tubuh terdapat lubang-lubang atau
pori-pori (asal nama porifera) yang merupakan lubang air masuk ke spongocoel,
untuk akhirnya keluar melalui oskulum.
Tubuh
spons adalah kumpulan dari beberapa jenis sel bebas diatur dalam 'mesohyl'
matriks gelatin disebut, mesoglea atau mesenkim. mesohyl Ini adalah jaringan
ikat tubuh spons dan didukung oleh unsur-unsur kerangka. Unsur-unsur kerangka
spons adalah variabel dan penting dalam taksonomi. Sepanjang ini dijalankan
melalui kanal tubuh yang mengalir air, ada cukup banyak variasi dalam
kompleksitas kanal-kanal. Kanal-kanal memiliki bukaan ke arah luar yang disebut
pori-pori, dimana air memasuki sistem pori-pori spons ini biasanya kecil dan
disebut 'ostia' dan di mana air meninggalkan sistem spons pori-pori yang lebih
besar, oscula sering tunggal dan disebut ' '(osculum tunggal). Banyak jika
tidak kebanyakan dari kanal-kanal yang dilapisi dengan sel flagellated khusus
yang disebut 'choanocytes'. Choanocytes ini menyimpan air yang mengalir melalui
kanal-kanal pada arah yang benar dengan mengalahkan flagel mereka, mereka juga
penting dalam menangkap makanan.
Ada tiga jenis utama dari sistem kanal di spons.
Dinding tubuh spons pada porifera dibagian epidermis terdiri atas sel-sel tipis
dan pipih, pada lapisan dalam terdiri atas sel-sel lahir yang berflagellum dan
diantara kedua dinding tersebut terdapat masenkim yang bersifat gelatin yang
mengandung sel-sel bebas atau amebosit yang beraneka ragam. Struktur tubuh
porifera kecuali berpori, juga mempunyai bermacam-macam bentuk yang dibedakan
menjadi tiga tipe, yaitu tipe Asconoid, Syconoid, dan Leuconoid.
Bentuk paling sederhana adalah Asconoid, di sini kanal-kanal dijalankan
langsung melalui tubuh spons dan semua garis choanocytes ruang besar pusat
disebut 'spongocoel'. Air masuk ostia, adalah ditarik melalui spongocoel dan
daun melalui osculum tunggal yang besar. spons Asconoid memiliki tubuh berongga
silinder dan cenderung tumbuh dalam kelompok terpasang ke beberapa obyek atau
lainnya di laut relatif dangkal.
Berdasarkan sisem aliran air bentuk tubuh porifera
dibagi menjadi tiga tipe yaitu asconoid, bentuknya menyerupai vas bunga atau
jembangan kecil. Pori-pori atau lubang air masuk merupakan saluran pada
sel porocyte yang berbentuk tabung. Syconoid, Sepon memperlihatkan lipatan-lipatan dinding tubuh dalam
tahap pertama termasuk tipe syconoid. Misalnya Scypha (Sycon atau
Grantia). Dinding tubuh melipat secara horizontal, sehingga potongan
melintangnya seperti jari-jari, hingga masih tetap radial. Leuconoid.
Tingkat pelipatan dinding spongocoel paling tinggi terdapat pada
leuconoid. Flagellated canal melipat-lipat membentuk rongga kecil
berflagela, disebut dflagellated chamber (Aswan. 2007).
Spons juga bereproduksi secara aseksual dengan
melepaskan fragmen dari diri mereka sendiri, atau kelompok khusus sel yang
disebut gemmules. Gemmules ini, setidaknya pada spesies air tawar seperti
fluviatilis Ephydatia memiliki lapisan pelindung spongin dan memiliki kondisi
lingkungan tertentu mereka perlu dipenuhi sebelum mereka berkecambah.
Proses
fisiologi yang terdiri pada porifera sangat tergantung pada aliran air. Air
masuk membawa oksigen dan makanan serta mengangkut sisa metabolism keluar
melalui osculum. Makanannya terdiri dari partikel yang sangat kecil, 80%
partikel yang kurang dari 5µm dan 20% terdiri atas bakteri, dinoflagelata dan
nannoplankton. Partikel yang berukuran antara 5-5µm dimakan dan dibawa oleh
amebocyte. Pencernaan di lakukan secaraintraseluler seperti pada protozoa dan
hasil pencernaannya disimpan dalam archeocyte.
Porifera berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Roproduksi aseksual
terjadi dengan cara pembentukan tunas (budding) ataupun pembentukkan
sekelompok sel esensial, terutama amebocyte, kemudian dilepaskan. Reproduksi
aseksual terjadi baik pada spon yang hermaprodit maupun dioecious. Kebanyakan
porifera adalah hermaprodit, namun sel telur dan sperma di produksi pada waktu
yang berbeda.
Sperma dan sel telur dihasilkan oleh amebocyte, ,
sumber lain mengatakan bahwa sperma juga dapat tebentuk dari choanocyte.
Sperma keluar dari tubuh induk melalui osculum bersama aliran air dan masuk ke
individu lain melalui ostium juga bersama aliran air (Aslan. 2010).
Pada porifera pencernaan makanan dilakukan oleh
sel-sel yang terdapat pada sisi tubuhnya. Yang mana sel-sel tersebut mempunyai
bentuk khusus yang disebut koanosit. Sel-sel koanosit ada juga sel-sel amebicyt
dan ameboyd yang dapat menangkap makanan sendiri-sendiri dan belum dapat
dikatakan membentuk jaringan.
Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah bakteri
dan plankton.
Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut
juga sebagai pemakan cairan.
Makanan Porifera berupa partikel zat organik atau
makhluk hidup kecil yang masuk bersama air melalui pori-pori tubuhnya. Makanan
akan ditangkap oleh flagel pada koanosit. Selanjutnya makanan dicerna di dalam
koanosit. Dengan demikian pencernaannya secara intraselluler. Setelah dicerna,
zat makanan diedarkan oleh sel-sel amubosit ke sel-sel lainnya. Sedangkan zat
sisa makanan dikeluarkan melalui oskulum bersama sirkulasi air.
Spon adalah pemakan menyaring (filter feeder). Ia
memperoleh makanan dalam bentuk partikel organik renik, hidup atau tidak,
seperti bakteri, mikroalga dan detritus, yangmasuk melalui pori-pori arus masuk
yang terbuka dalam air, dan dibawa kedalam rongga lambung atau ruang-ruang
bercambuk. Sisa makanan yang tidak dicerna dibuang keluar dari sel leher
(Suwigyo. 2006).
Porifera tidak
memiliki arti ekonomi yang penting, tetapi bentuk dan warnanya yang
bermacam-macam menampilkan pemandangan dasar laut yang indah. Kerangka yang
tersusun dari serabut spong ini digunakan sebagai penggosok badan. Beberapa
jenis spon air laut seperti spon jari berwarna oranye, diperdagangkan untuk
menghias aquarium air dan adakalanya diekspor ke luar negeri
(Suwigyo. 2006).
Secara ekonomis porifera tidak banyak memberikan
keuntungan pada manusia, namun diantara beberapa porifera ada yang
menguntungkan yaitu spons yang berspikula dapat di manfaatkan sebagai alat
untuk membersihkan badan (Kimball, 2000).
Beberapa jenis spon air laut seperti spon jari
berwarna orange (axinella canabina), di perdagangkan untuk menghiasi akuarium
air laut, adakala di ekspor ke singapura dan eropa.
Beberapa jenis porifera seperti spongia dan
hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi. Zat kimia yang dikeluarkannya
memiliki potensi sebagai obat penyakit kangker dan penyakit lainnya.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakanya praktikum ini
adalah sebagai berikut :
Hari / Tanggal : Sabtu / 26 April 2014
Waktu : Pukul 08. 00 – selesai
Tempat
: Daerah Pusentasi ( Pusat laut ), Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten
Donggala
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat
dan bahan yang digunakan daalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
3.2.1 Alat
1. Thermometer 5. Ember
2. Hygrometer 6. Kertas lebel
3. Sarung tangan 7. Toples
4. Masker dan
sorkel 8. Alat tulis
menulis
3.2.2 Bahan
1. Alkohol 70 %
2. Formalin 4 %
3.
Air
4. Sampel phylum Porifera
3.2
Prosedur kerja
Adapun
prossedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah :
a.
Mengopservasi kawasan yang akan
dilakukan pengamatan
b.
Mengukur keadaan fisik dan kimia
lingkungan lingkungan pengamatan
c.
Mengamati habitat ciri-ciri dan bentuk phylum Porifera
d.
Mengambil sampel phylum Porifera
e.
Mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan
menggambar sampel phylum Porifera yang ditemukan
f.
Memasukkan data kedalam tabel
pengamatan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kondisi fisik
– kimia lingkungan disekitar area pengamatan
No.
|
Kondisi Lingkungan
|
Waktu
|
Parameter
|
1.
|
Suhu
|
09 : 00 – 12 : 00
|
33,80
|
2.
|
Salinitas
|
09 : 00 – 12 : 00
|
8,30
|
3.
|
pH
|
09 : 00 – 12 : 00
|
8,2
|
Tabel 1.2
No
|
Nama / Gambar
|
Keterangan
|
Kasifikasi
|
Deskripsi
|
1.
|
Sycon
gelatinosum
![]() ![]() ![]() |
1.
Oskulum
2.
Pori - pori
|
Kingdom :
Animalia
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Leucosolenida
Family : Sycettidae
Genus : Sycon
Spesies ; Sycon
gelatinosum
|
Spesies ini ditemukan
pada kedalaman 100 – 150 cm pada saat air laut surut tubuhnya berwarna kuning
cerah dan menempel pada substrat
|
2.
|
a.) Spongilla curter
![]() ![]() ![]() ![]()
3
|
1.
Osculum
2.
Pori– pori
3.
Tunas
|
Kingdom :
Animalia
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Keratosa
Family : Spongilidae
Genus : Spongilla
Spesies ; Spongilla
curter
|
Spesies ini ditemukan
pada kedalaman 100 – 150 cm pada saat air laut surut tubuhnya berwarna kuning
cerah dan menempel pada substrat
|
b.)Hypospongia aguine
![]() ![]() ![]()
2
|
1.
Osculum
2.
Pori - pori
|
Kingdom :
Animalia
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Dictyoceratida
Family : Calcispongea
Genus : Hypospongia
Spesies ; Hypospongia
aguine
|
Spesies ini ditemukan
pada kedalaman 50 – 60 cm pada saat air laut surut tubuhnya berwarna cerah dan menempel pada substrat
|
4.2. Pembahasan
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering
juga disebut hewan berongga karena seluruhn tubuhnya dipenuhi oleh
lubang-lubang kecil yang disebut pori. Hewan ini sederhana karna selama
hidupnya menetap pada karang atau permukaan benda keras lainnya di dasar
laut. Phylum porifera yaitu spons hidup di air dan sebagian besar hidup
di air laut yang hangat dan dekat dengan pantai yang dangkal walaupun ada
pula yang hidup pada kedalaman 8500 meter bahkan lebih. Spons
sering ditemukan hidup melekat pada substrat yang keras dan hidupnya berkoloni
yang statif atau tidak bergerak . Spons belum memiliki alat-alat ekskresi
khusus dan sisa metabolismenya dikeluarkan melalui proses difusi yaitu dari sel
tubuh ke epidermis kemudian lingkungan hidup yang berair (Kimball. 2000)
Dari
hasil pengamatan sampel phylum porifera di lapangan, ditemukan dua spesies yang
berasal dari kelas Demospongia dan satu spesies dari kelas Calcarea, pada kelas
Demospongiae yakni:
·
Hyspongia
equina, dengan ciri deskrispi memiliki pori atau spons,
menyerupai tanduk dan bentuk tubuhnya seperti tumbuhan serta lunak. Pada Hyspongia equine memiliki warna kuning
tetapi tidak terlalu cerah. Warna dari porifera tergantung pada substrat yang
ia tempati
Spongilla
curter, tubuhnya lunak, dan berpori. Pada tubuh Spongilla curter juga memiliki warna
kuning tetapi warna dari spesies ini lebih cerah dibandingkan dengan spesies Hyspongia equine karena mengandung
pigmen pada ameobost yang berfungsi melindungi tubuh dari sinar matahari. Spesies
ini menempel pada substrat spesies ini juga ditemukan pada kedalaman 100 – 150
cm pada saat air laut dalam keadaan surut. Warna tubuh dari porifera tergantung
pada substrat yang ia tempati. Spesies ini memiliki tipe saluran Ragon atau
leukon dimana tipe saluran air yang paling rumit. Air
masuk melalui pori kemudian memasuki saluran radial yang bercabang-cabang dan
saling berhubungan. Sel-sel koanosit terdapat pada rongga yang berbentuk bulat.
Air kemudian keluar melalui oskulum. Selain tipe salauran ragon ada pula tipe
saluran air lain pada spesies porifera lainya yaitu Tipe Askon Contohnya
pada leucoslenia dan Tipe Sikon Contohnya pada scypha.
Sedangkan
pada spesies dari kelas Calcarea adalah Sycon
geletinosum.
spesies ini memiliki warna yang putih kekuningan
dibagian tubuhnya, ditemukan menempel pada substrat pada kedalaman 30 – 50 cm
pada saat air laut surut.
Pada spesies phylum porifera ini pada bagian tubuhnya terdapat Osculum dan
pori – pori. Pori - pori adalah lubang – lubang kecil pada tubuh prifera. Pori
– pori ini berfungsi sebagai tempat masuknya air. Pernyataan ini didukung oleh
literature yang telah saya baca yang menyatakan bahwa Bagian luar dari
morfologi sponge terdapat banyak lubang-lubang kecil yang disebut pori (ostia)
berfungsi sebagai tempat masuknya air menuju spongosoel, selain terdapat ostia
pada bagian luar sponge juga terdapat dinding yang terdiri dari satu lapisan
sel pipih yang disebut pinakosit, sel ini dapat melakukan gerakan kembang,
kempis sehingga memungkinkan seluruh tubuh sponge dapat beruba ukuran baik
besar maupun kecil, sedangkan sel yang terbentuk tabung kecil yang
menghubungkan oatium dengan spongosoel diantara ostium dan spongosoel
(Sugiarti, S. 2004). Sedangkan osculum adalah lubang besar yang berada pada
ujung badan porifera yang berfungsi tempat pengeluaran air. Pernyataan ini
didukung pada literature yang telah sayabaca yang menyatakan bahwa Osculum
terletak pada begian paling atas dari sponge yang berbentuk seperti lubang yang
berhubungan langsung dengan spongosoel berfungsi sebagai tempat keluarnya air.
Di bawah osculum terdapat suatu ruang berbentuk vas bunga yaitu
spongosoel yang berfungsi sebagai tempat mengolah air yang masuk dari
pori-pori (ostia) (Kimball. 2000).
Sedangkan
yang tergolong dalam kelas Hexactinellida tidak kami temukan, hal ini
disebabkan dari bebrapa faktor, yakni
kurangnya ketelitian praktikan dalam mengobservasi habitat dari kelas tersebut,
dan alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana.
Perkembangbiakan porifera terdiri atas dua cara
yaitu perkembangbikan vegetatif dan perkembangbiakan generatif. Perkembangbikan
vegetatif atau asekual terjadi dengan cara pembentukkan tunas atau pembentukan
sekelompok-sekelompok esensial, terutama amebosite kemudian tunas memisahkan
diri dari induknya. Spon air tawar membentuk gemmulae (butir benih).
Gammulae tersusun dari sekumpulan archeocyte berisi cadangan makanan
dikelilingi amebocyte yang membentuk lapisan luar yang keras diperkuat dengan
spikula, sehingga membentuk dinding yang resisten. Perkembangbiakan aseksual
berlangsung secara asogami. Sperma dan sel telur dihasilkan oleh
amebocyte. Sperma keluar dari tubuh induk melalui osculum bersama aliran air
dan masuk keindividu lain melalui osculum bersama aliran air. Tubuh spon yang
lunak dapat berdiri tegak karena ditunjang oleh sejumlah besar spikula kecil
serta serat organik yang berfungsi sebagai kerangka. Mengemukakan bahwa spons merupakan binatang
bersel banyak yang paling primitif tidak mempunyai organ yang sejati dan
masing-masing sel memperlihatkan kebebasannya, sampai batas-batas dan umumnya
yang hidup di air laut.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan Dari hasil pengamatan dan
identifikasi dari sampel porifera dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Ada
tiga jenis spesies yang kami dapatkan yang mewakili dua kelas yaitu Sycon gelatinosum ( Kelas Calcarea), Spongilla curter dan Hypospongia aguine ( Kelas Demospongea).
b. Habitat
dari spesies porifera yang kami dapatkan pada kedalaman yang berbeda. Untuk Sycon gelatinosum pada kedalaman ± 30 –
50 cm, Spongilla curter pada kedalaman ±
100 – 150 cm dan Hypospongia aguine ditemukan
pada kedalaman ± 50 – 60 cm. Semua spesies habitatnya di laut dan hidup secara
berkoloni melekat pada karang.
c. Adapun
ciri – ciri dari spesies yang kami dapatkan adalah memiliki tubuh lunak,
memiliki pori, oskulum dan memiliki warna yang berbeda.
d. Porifera
terbagi atas tiga kelas, yakni kelas Hexactinellida, kelas Calcarea, dan kelas
demospongia, sedangkan yang ditemukan berasal dari kelas demospongia.
5.2
Saran
Adapun
saran yang dapat diberikan adalah adanya kerja sama antar kelompok agar
praktikum dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aswan,
2007. Pengaruh Substrat yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Spon Metode
Transplantasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unhalu. Kendari.
Hari,
H. 2008. Materi Kuliah Avertebrata Air.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Unhalu.
Kendari.
Kimball, J.W. 2000. Biologi jilid
empat edisi pertama.Erlangga Jakarta.
Sugiarti, S. 2004. Invertebrata Air.
Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. Bogor.
Suhardi. 2002. Evolusi Vertebrata.Universitas
Indonesia.Jakarta.
Suwigyo, dkk. 2006. Avertebrata Air
Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim
Pembina Mata Kuliah, 2008. Penuntun
Praktikum Zoologi Invertebrata. Universiatas Tadulako. Palu .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar