BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Agroekosistem
kebanyakan dipakai oleh negara atau masyarakat yang berperadaban agraris.
Kata agro atau pertanian menunjukan adanya aktifitas atau campur tangan
masyarakat pertanian terhadap alam atau ekosistem. Istilah
pertanian dapat diberi makna sebagai kegiatan masyarakat yang mengambil
manfaat dari alam atau tanah untuk mendapatkan bahan pangan, energi dan
bahan lain yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam mengambil
manfaat ini masyarakat dapat mengambil secara langsung dari alam, ataupun
terlebih dahulu mengolah atau memodifikasinya.
Jadi suatu
agroekosistem sudah mengandung campur tangan masyarakat yang merubah
keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
Agroekosistem
(ekosistem pertanian) ditandai oleh komunitas yang monospesifik dengan kumpulan
beberapa gulma. Ekosistem pertanian sangat peka akan kekeringan, frost,
hama/penyakit sedangkan pada ekosistem alam dengan komunitas yang kompleks dan
banyak spesies mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap gangguan iklim dan
makhluk perusak. Dalam agroekosistem, tanaman dipanen dan diambil dari lapangan
untuk konsumsi manusia/ternak sehingga tanah pertanian selalu kehilangan
garam-garam dan kandungan unsur-unsur antara lain N, P, K, dan lain-lain. Untuk
memelihara agar keadaan produktivitas tetap tinggi kita menambah pupuk pada
tanah pertanian itu. Secara fungsional agroekosistem dicirikan dengan tingginya
lapis transfer enersi dan nutrisi terutama di grazing food chain dengan
demikian hemeostasis kecil.
Pengelolaan agrokosistem lahan kering dipandang
sebagai bagian dari pengelolaan ekosistem sumberdaya alam oleh masyarakat
petani yang menempati areal dimana mereka menetap. Masyarakat petani
menanami lahan pertanian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya dapat dikatakan sebagai bagian dari pengelolaan agroekosistem lahan
kering di daerahnya. Menurut Soerianegara (1977) pengelolaan
agroekosistem lahan kering merupakan bagian dari interaksi
atau kerja sama masyarakat dengan agroekosistem sumberdaya alam.
Pengelolaan agroekosistem lahan
kering merupakan usaha atau upaya masyarakat pedesaan
dalam mengubah atau memodifikasi ekosistem sumberdaya alam agar bisa
diperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas
produksinya.
Komoditas yang
diusahatan tentunya disesuaikan dengan kondisi setempat dan manfaat ekonomi
termasuk pemasaran. Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan pengelolaan
agroekosistem lahan kering dapat dipandang sebagai upaya memperbaiki dan
memperbaharui sumberdaya alam yang bisa dipulihkan (renewable resourses) di
daerahnya. Dalam pemanfaatan sumberdaya lahan kering untuk pertanian
berkelanjutan memerlukan pendekatan lingkungan dan mengikuti kaidah pelestarian
lingkungan.
1.2.Tujuan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya agroekosistem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Agroekosistem adalah ekosistem binaan manusia. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan sandang pangan dan keperluan lainnya manusia mengubah
ekosistem alami menjadi agroekosistem. Seperti pada ekosistem alami, pada
agroekosistem juga terdapat hubungan timbal balik antara komponen biotik dan
abiotik. Tetapi meskipun demikian terdapat
perbedaan-perbedaan yang sangat nyata antara ekosistem alami dan
agroekosistem. Pada agroekosistem hubungan antara komponen biaotik dan abiotik
adalah tidak stabil. Selalu perlu adanya
campur tangan manusia untuk mementapkan
hubungan tersebut. Pada agroekosistem
yang tidak mendapatbinaan manusia, baik secara langsung maupun dengan
memasukkan subsidi energi, maka akan ada kecendrungan untuk berubah lagi menjadi ekosistem alami.
mengenai keanakaragaman komponn biotik dari agroekosistem memang dibuat rendah
malah sering hanya berupa monokultur dan
pengendalian gulma secara intensif.
(Tim
Pembina Mata Kuliah, 2011).
Produktivitas dari
agroekosistem lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas dari ekosistem
alami berkat adanya binaan manusia. Produktivitas agroekosistem akan menurun
jika binaan manusia tidak ada. Ekosistem alami diubah menjadi ekosistem binaan
dengan tujuan memberikan manfaat yang tinggi bagi manusia. Manfaat yang tinggi
tersebut harus disokong oleh subsidi berbagai bentuk energi. Pada saat masukan
energi berkurang, maka agroekosistem tersebut akan berubah menjadi ekosistem
alami (Sutisna, 1990).
Agroekosistem kebanyakan dipakai oleh negara atau
masyarakat yang berperadaban agraris. Kata agro atau pertanian menunjukan
adanya aktifitas atau campur tangan masyarakat pertanian terhadap alam atau
ekosistem. Istilah pertanian dapat diberi makna sebagai kegiatan
masyarakat yang mengambil manfaat dari alam atau tanah untuk mendapatkan bahan pangan,
energi dan bahan lain yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya
. Dalam mengambil manfaat ini masyarakat dapat mengambil secara langsung
dari alam, ataupun terlebih dahulu mengolah atau memodifikasinya.
Jadi suatu agroekosistem sudah mengandung campur tangan masyarakat
yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat (Anonim, 2009).
Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu kawasan tempat
membudidayakan makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya
serta material lain yang saling berinteraksi. Agar lebih mudah difahami, dapat
diartikan lahan pertanian dalam arti luas, termasuk kedalamnya hutan produksi
dengan komoditas tanaman industry (HTI), kawasan peternakan dengan lading penggembalaan
serta tambak-tambak ikan. ( hasan, 2002)
Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya
terdapat berbagai komponen, dari yang abiotic sampai dengan yang biotik. Di
dalam agroekosistem juga demikian, dan antara komponen-komponen tersebut
menjalin interaksi satu sama lain yang apabila interaksi tersebut normal, akan
terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan sebaliknya apabila tidak normal, atau
ada salah satu di ntara komponen tersebut yang jumlahnya melampaui batas,
missal meledaknya hama maka interaksinya akan terganggu dan tidak akan seimbang
( Kemas, 2005).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan tempat
Adapun
waktu dan tempat dilaksanakanya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari
/ Tanggal : Minngu 22 Juni 2014
Waktu : Pukul 08. 00 – selesai
Tempat :Desa
Lembah sada dusun Lino, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-
Kamera
-
Alat
tulis menulis
-
Rumah
warga
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengamati
macam-macam jenis tumbuhan yang produktif dan nonproduktif yang ada disekitar
lokasi.
2. Mengamati
pula jenis hewan dan tumbuhan yang terdapat disekitar daerah pengamatan.
3. Melakukan
wawancara dengan masyarakat mengenai keadaan ekosistem yang ada di lokasi
pengamatan.
4. Mencatat
data dan informasi yang kami peroleh kemudian memasukkan kedalam tabel pengamatan.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil pengamatan
Adapun
hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
No
|
Jenis
|
Produktif
|
nonproduktif
|
Jumlah (%)
|
|
produktif
|
nonproduktif
|
||||
1.
|
Tumbuhan
1.
Pohon cengkeh
2.
Pohon coklat
3.
sereh
|
700
100
40
|
140
55
35
|
83,3
64,5
45,4
|
16,6
35,4
63,6
|
2.
|
Hewan
1.
Ayam
|
40
|
35
|
53,3
|
46,6
|
Analisa data
Rumus yang
digunakan untuk menentukan nilai produktif dan nonproduktif adalah
:
Produktif :
x 100%

Nonproduktif :
x 100%

-
Tumbuhan
a.
Pohon cengkeh
- produktif :
700/840 x 100% = 83,3 %
- nonproduk
: 140/840 x 100% = 16,6 %
b.
Pohon coklat
- produktif : 100/155 x 100%
= 64,5 %
- nonproduk : 55/155 x 100% = 35,4 %
c.
Sereh
- produktif : 25/55 x 100% = 45,4 %
- nonproduktif : 35/55 x 100% = 63,6 %
-
Hewan
a.
Ayam
-
produktif :
40/75 x 100% = 53,3 %
-
nonproduktif
: 35/75 x
100% = 46,6 %
4.2 Pembahasan
Agroekosistem adalah ekosistem binaan manusia. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan sandang pangan dan keperluan lainnya manusia mengubah
ekosistem alami menjadi agroekosistem. Seperti pada ekosistem alami, pada
agroekosistem juga terdapat hubungan timbal balik antara komponen biotik dan
abiotik. Tetapi meskipun demikian terdapat
perbedaan-perbedaan yang sangat nyata antara ekosistem alami dan
agroekosistem. Pada agroekosistem hubungan antara komponen biaotik dan abiotik adalah tidak stabil. Selalu perlu adanya campur
tangan manusia untuk mementapkan
hubungan tersebut. Pada agroekosistem
yang tidak mendapatbinaan manusia, baik secara langsung maupun dengan
memasukkan subsidi energi, maka akan ada kecendrungan untuk berubah lagi menjadi ekosistem alami. mengenai
keanakaragaman komponn biotik dari agroekosistem memang dibuat rendah malah
sering hanya berupa monokultur dan
pengendalian gulma secara intensif.
(Tim
Pembina Mata Kuliah, 2011).
Manusia
telah mengubah ekosistem alam secara luas sejak mulai mengenal pemukiman.
Mereka membersihkan hutan dan lahan rumput untuk mengusahakan tanaman bahan
makanan dan bahan makanan ternak untuk dirinya dan ternaknya melalui berbagai
pengalaman. Mereka mengembangkan pertanian dengan membersihkan tanah,
membajaknya, menanam tanaman musiman dan memberikan unsur-unsur yang
diperlukan, seperti pupuk dan air. Setelah menghasilkan kemudian dipanen. Sejak
menebar benih sampai panen tanaman pertanian sangat tergantung alam, gangguan
iklim, hama dan penyakit. Semua aktivitas pertanian itu menyebabkan implikasi
ekologi dalam ekosistem dan mempengaruhi struktur dan fungsi biosfer.
Peningkatan hasil tanaman dimungkinkan melalui
cara-cara genetika tanaman dan pengelolaan lingkungan dengan menyertakan
peningkatan masukan materi dan enersi dalam agroekosistem. Pengelolaan
lingkungan menimbulkan beberapa persoalan pada erosi tanah, pergantian iklim,
pola drainase dan pergantian dalam komponen biotik pada ekosistem.
Berdasarkan
hasil pengamatan, pada derah Lembah sada ekosistem alami yang diubah menjadi
ekosistem binaan cukup luas, Untuk menghitung presentase
tumbuhan dan hewan yang produktif dan
nonproduktif dengan rumus sebagai
berikut :
Produktif :
x 100%

Nonproduktif :
x 100%

Adapun hasil
yang diperoleh misalnya pohon
cengkeh yang nonproduktif berjumlah 16,6 % sedangkan yang produktif yaitu 83,3 %, untuk sereh yang produktif 45,4 % sedangkan yang nonproduktif yaitu
63,6 %,
untuk pohon coklat yang produktif yaitu 64,5 % sedangkan yang nonproduktif
yaitu 35,4 %. Untuk hewan yang didapatka yaitu Ayam dengan presentase yang
produktif yaitu 53,3 % sedangkan yang nonproduktif yaitu 46,6 %.
Pada
tanaman semusim yang merupakan dasar tanaman pertanian menunjukkan
produktivitas/kesatuan luas relatif rendah karena tanaman semusim hanya
produktif untuk masa kurang dari 6 bulan. Penanaman ganda dengan menggunakan 2
- 3 tanaman yang
Produksinya
sepanjang tahun dapat mendekati produktivitas kotor komunitas alam yang terbaik. Suatu perbandingan produktivitas primer bersih musiman komunitas
terrestrial memperlihatkan
sedikit lebih tinggi untuk tanah yang diusahakan. Lebih tingginya produktivitas
bersih di agroekosistem karena adanya tambahan masukan enersi, nutrisi,
perbaikan genetika tanaman pertanian dan tindakan pengendalian serangga.
BAB
V
PENTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini
adalah sebagai berikut :
Adapun
faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya agroekosistem adalah untuk
menambah penghasilan warga, serta keinginan warga yang ingin memperluas lahan
perkebunanya.
5.2 Saran
Adapun
saran yang dapat diberikan adalah adanya kerja sama antar sesame kelompok agar
praktikum dapat terlaksana dengan baik
daftar pustakanya kok ndak ada yah...!
BalasHapus