Rabu, 13 Januari 2016

LAPORAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN (AGROEKOSISTEM)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang

Agroekosistem kebanyakan dipakai oleh negara atau masyarakat yang berperadaban agraris.  Kata agro atau pertanian menunjukan adanya aktifitas atau campur tangan masyarakat pertanian terhadap alam atau ekosistem.  Istilah pertanian  dapat diberi makna sebagai kegiatan masyarakat yang mengambil manfaat dari alam atau tanah untuk mendapatkan bahan pangan, energi  dan bahan lain yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya.  Dalam mengambil manfaat ini masyarakat dapat mengambil secara langsung dari alam,  ataupun terlebih dahulu mengolah atau memodifikasinya.
 Jadi suatu agroekosistem sudah mengandung campur tangan masyarakat yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.  
 Agroekosistem (ekosistem pertanian) ditandai oleh komunitas yang monospesifik dengan kumpulan beberapa gulma. Ekosistem pertanian sangat peka akan kekeringan, frost, hama/penyakit sedangkan pada ekosistem alam dengan komunitas yang kompleks dan banyak spesies mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap gangguan iklim dan makhluk perusak. Dalam agroekosistem, tanaman dipanen dan diambil dari lapangan untuk konsumsi manusia/ternak sehingga tanah pertanian selalu kehilangan garam-garam dan kandungan unsur-unsur antara lain N, P, K, dan lain-lain. Untuk memelihara agar keadaan produktivitas tetap tinggi kita menambah pupuk pada tanah pertanian itu. Secara fungsional agroekosistem dicirikan dengan tingginya lapis transfer enersi dan nutrisi terutama di grazing food chain dengan demikian hemeostasis kecil.
 Pengelolaan  agrokosistem lahan kering dipandang sebagai bagian dari pengelolaan ekosistem sumberdaya alam oleh masyarakat petani yang menempati areal dimana mereka menetap.  Masyarakat petani menanami lahan pertanian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dapat dikatakan sebagai bagian dari pengelolaan agroekosistem lahan kering di daerahnya.  Menurut Soerianegara (1977) pengelolaan  agroekosistem lahan kering   merupakan bagian dari interaksi atau kerja sama masyarakat dengan agroekosistem sumberdaya alam.  Pengelolaan agroekosistem  lahan kering  merupakan usaha atau upaya masyarakat pedesaan dalam mengubah atau memodifikasi ekosistem sumberdaya alam  agar bisa diperoleh  manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya.
Komoditas yang diusahatan tentunya disesuaikan dengan kondisi setempat dan manfaat ekonomi termasuk pemasaran.  Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan pengelolaan agroekosistem lahan kering dapat dipandang sebagai upaya memperbaiki dan memperbaharui sumberdaya alam yang bisa dipulihkan (renewable resourses) di daerahnya.  Dalam pemanfaatan sumberdaya lahan kering untuk pertanian berkelanjutan memerlukan pendekatan lingkungan dan mengikuti kaidah pelestarian lingkungan.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah  untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya agroekosistem.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Agroekosistem adalah ekosistem binaan manusia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sandang pangan dan keperluan lainnya manusia mengubah ekosistem alami menjadi agroekosistem. Seperti pada ekosistem alami, pada agroekosistem juga terdapat hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik. Tetapi meskipun demikian terdapat  perbedaan-perbedaan yang sangat nyata antara ekosistem alami dan agroekosistem. Pada agroekosistem hubungan antara komponen biaotik dan abiotik adalah  tidak stabil. Selalu perlu adanya campur tangan manusia untuk  mementapkan hubungan tersebut.  Pada agroekosistem yang tidak mendapatbinaan manusia, baik secara langsung maupun dengan memasukkan subsidi energi, maka akan ada kecendrungan untuk  berubah lagi menjadi ekosistem alami. mengenai keanakaragaman komponn biotik dari agroekosistem memang dibuat rendah malah sering hanya berupa monokultur  dan pengendalian gulma secara intensif.
(Tim Pembina Mata Kuliah, 2011).
Produktivitas dari agroekosistem lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas dari ekosistem alami berkat adanya binaan manusia. Produktivitas agroekosistem akan menurun jika binaan manusia tidak ada. Ekosistem alami diubah menjadi ekosistem binaan dengan tujuan memberikan manfaat yang tinggi bagi manusia. Manfaat yang tinggi tersebut harus disokong oleh subsidi berbagai bentuk energi. Pada saat masukan energi berkurang, maka agroekosistem tersebut akan berubah menjadi ekosistem alami (Sutisna, 1990).
Agroekosistem kebanyakan dipakai oleh negara atau masyarakat yang berperadaban agraris.  Kata agro atau pertanian menunjukan adanya aktifitas atau campur tangan masyarakat pertanian terhadap alam atau ekosistem.  Istilah pertanian  dapat diberi makna sebagai kegiatan masyarakat yang mengambil manfaat dari alam atau tanah untuk mendapatkan bahan pangan, energi  dan bahan lain yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya .  Dalam mengambil manfaat ini masyarakat dapat mengambil secara langsung dari alam,  ataupun terlebih dahulu mengolah atau memodifikasinya.   Jadi suatu agroekosistem sudah mengandung campur tangan masyarakat yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat (Anonim, 2009).
Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu kawasan tempat membudidayakan makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material lain yang saling berinteraksi. Agar lebih mudah difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti luas, termasuk kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI), kawasan peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan. ( hasan, 2002)
Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat berbagai komponen, dari yang abiotic sampai dengan yang biotik. Di dalam agroekosistem juga demikian, dan antara komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang apabila interaksi tersebut normal, akan terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan sebaliknya apabila tidak normal, atau ada salah satu di ntara komponen tersebut yang jumlahnya melampaui batas, missal meledaknya hama maka interaksinya akan terganggu dan tidak akan seimbang ( Kemas, 2005).











BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakanya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari / Tanggal :  Minngu 22 Juni 2014
Waktu             : Pukul 08. 00 – selesai
Tempat            :Desa Lembah sada dusun Lino, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
-       Kamera
-       Alat tulis menulis
-       Rumah warga
3.3  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengamati macam-macam jenis tumbuhan yang produktif dan nonproduktif yang ada disekitar lokasi.
2.    Mengamati pula jenis hewan dan tumbuhan yang terdapat disekitar daerah pengamatan.
3.    Melakukan wawancara dengan masyarakat mengenai keadaan ekosistem yang ada di lokasi pengamatan.
4.    Mencatat data dan informasi yang kami peroleh kemudian memasukkan kedalam tabel pengamatan.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil pengamatan
            Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
No
Jenis
Produktif
nonproduktif
Jumlah (%)
produktif
nonproduktif
1.       






Tumbuhan
1.      Pohon cengkeh
2.      Pohon coklat
3.      sereh

700

100

40

140

55

35

83,3

64,5

45,4

16,6

35,4

63,6
2.

Hewan
1.      Ayam


40


35


53,3


46,6

Analisa data
     Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai produktif dan nonproduktif  adalah :
     Produktif                :  x 100%
     Nonproduktif         :  x 100%

-       Tumbuhan
a.              Pohon cengkeh
-       produktif                                 : 700/840 x 100%        = 83,3 %
-       nonproduk                               : 140/840 x 100%         = 16,6 %
b.              Pohon coklat
-       produktif                                 : 100/155 x 100%        = 64,5 %
-       nonproduk                               : 55/155 x 100%          = 35,4 %
c.              Sereh
-       produktif                                 : 25/55 x 100%            = 45,4 %
-       nonproduktif                           : 35/55 x 100%            = 63,6 %
-       Hewan
a.              Ayam
-          produktif                           : 40/75 x 100%            = 53,3 %
-          nonproduktif                     : 35/75 x 100%            = 46,6 %
4.2 Pembahasan
Agroekosistem adalah ekosistem binaan manusia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sandang pangan dan keperluan lainnya manusia mengubah ekosistem alami menjadi agroekosistem. Seperti pada ekosistem alami, pada agroekosistem juga terdapat hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik. Tetapi meskipun demikian terdapat  perbedaan-perbedaan yang sangat nyata antara ekosistem alami dan agroekosistem. Pada agroekosistem hubungan antara komponen biaotik dan abiotik adalah  tidak stabil. Selalu perlu adanya campur tangan manusia untuk  mementapkan hubungan tersebut.  Pada agroekosistem yang tidak mendapatbinaan manusia, baik secara langsung maupun dengan memasukkan subsidi energi, maka akan ada kecendrungan untuk  berubah lagi menjadi ekosistem alami. mengenai keanakaragaman komponn biotik dari agroekosistem memang dibuat rendah malah sering hanya berupa monokultur  dan pengendalian gulma secara intensif.
(Tim Pembina Mata Kuliah, 2011).
Manusia telah mengubah ekosistem alam secara luas sejak mulai mengenal pemukiman. Mereka membersihkan hutan dan lahan rumput untuk mengusahakan tanaman bahan makanan dan bahan makanan ternak untuk dirinya dan ternaknya melalui berbagai pengalaman. Mereka mengembangkan pertanian dengan membersihkan tanah, membajaknya, menanam tanaman musiman dan memberikan unsur-unsur yang diperlukan, seperti pupuk dan air. Setelah menghasilkan kemudian dipanen. Sejak menebar benih sampai panen tanaman pertanian sangat tergantung alam, gangguan iklim, hama dan penyakit. Semua aktivitas pertanian itu menyebabkan implikasi ekologi dalam ekosistem dan mempengaruhi struktur dan fungsi biosfer.
 Peningkatan hasil tanaman dimungkinkan melalui cara-cara genetika tanaman dan pengelolaan lingkungan dengan menyertakan peningkatan masukan materi dan enersi dalam agroekosistem. Pengelolaan lingkungan menimbulkan beberapa persoalan pada erosi tanah, pergantian iklim, pola drainase dan pergantian dalam komponen biotik pada ekosistem.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada derah Lembah sada ekosistem alami yang diubah menjadi ekosistem binaan cukup luas, Untuk menghitung presentase tumbuhan  dan hewan yang produktif dan nonproduktif dengan rumus sebagai  berikut :
Produktif         :  x 100%
Nonproduktif  :  x 100%
Adapun hasil yang diperoleh misalnya pohon cengkeh yang nonproduktif berjumlah 16,6 % sedangkan yang produktif yaitu 83,3 %, untuk sereh yang produktif 45,4 % sedangkan yang nonproduktif yaitu 63,6 %, untuk pohon coklat yang produktif yaitu 64,5 % sedangkan yang nonproduktif yaitu 35,4 %. Untuk hewan yang didapatka yaitu Ayam dengan presentase yang produktif yaitu 53,3 % sedangkan yang nonproduktif yaitu 46,6 %.
Pada tanaman semusim yang merupakan dasar tanaman pertanian menunjukkan produktivitas/kesatuan luas relatif rendah karena tanaman semusim hanya produktif untuk masa kurang dari 6 bulan. Penanaman ganda dengan menggunakan 2 - 3 tanaman yang
Produksinya sepanjang tahun dapat mendekati produktivitas kotor komunitas alam yang  terbaik. Suatu perbandingan produktivitas primer bersih musiman komunitas terrestrial memperlihatkan sedikit lebih tinggi untuk tanah yang diusahakan. Lebih tingginya produktivitas bersih di agroekosistem karena adanya tambahan masukan enersi, nutrisi, perbaikan genetika tanaman pertanian dan tindakan pengendalian serangga.












BAB V
PENTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya agroekosistem adalah untuk menambah penghasilan warga, serta keinginan warga yang ingin memperluas lahan perkebunanya.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah adanya kerja sama antar sesame kelompok agar praktikum dapat terlaksana dengan baik

1 komentar: